Asam Jawa, Tak Hanya Segar Diminum
Friday, Jan 30th 2015

JAKARTA, JIA XIANG - Sayur asam hingga kini merupakan hidangan khas Indonesia. Penyukanya tidak terbatas pada etnis tertentu, tapi semua etnis di Tanah Air suka akan hidangan yang segar ini.

Namanya pun sangat menarik, karena bila diartikan secara harafiah merupakan hidangan yang tak lagi layak konsumsi. Tapi kata asam sebagai nama hidangan sayur ini sesungguhnya menjelaskan salah satu materi utamanya. Buah asam jawa.

Buah yang berasa masam ini sudah tidak asing lagi di kalangan orang Indonesia. Tak hanya buahnya, pohonnya yang besar dan tinggi serta berusia tahunan menjadi peneduh di tepi-tepi jalan besar. Hampir di semua jalan semasa bangsa Belanda berkuasa, pohon peneduhnya adalah pohon asam. Salah satunya bisa dirasakan di kawasan Baluran, Jawa Timur. Di jalan raya menuju ke arah Banyuwangi masih terdapat pohon asam yang berbatang besar dan rindang.

Rasanya yang masam memang menjadi nama buah ini. Tapi di sejumlah wilayah, nama buah ini bukan atas dasar cita rasanya. Di Aceh dikenal dengan sebutan bak mee. Di Bali namanya celagi. Yang menyebutnya buah asam adalah orang-orang Melayu, Jawa dan Sunda.

Orang Eropa pun mengenalnya. Dalam bahasa Inggris, buah ini disebut Tamarind. Hal ini merujuk dari nama latin tanaman ini yakni Tamarindus indica. Sebutan Tamarind diturunkan dari Bahasa Arab yakni tamr hindi yang artinya kurma India. Asal tanaman ini diperkirakan dari Afrika timur. Seiring dengan lalu lintas antar benua yang telah dilakukan manusia di masa lampau, tanaman ini tersebar ke wilayah Asia yang berdaerah tropis, termasuk Indonesia. Lahan yang cocok bagi tanaman ini adalah dataran rendah dan di kawasan pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.

Buah asam jawa, yang berbentuk polong dengan ukuran cukup besar, telah dimanfaatkan sebagai bahan obat tardisional sejak lama. Berbagai khasiat yang dipunyai antara lain untuk mengobati asma, batuk, demam, sakit panas, darah rendah, kolestrol tinggi.

Bila buahnya matang di pohonnya tidak lagi berasa masam tapi manis. Ketika belum matang, daging buahnya berwarna putih kehijauan. Saat setengah matang, daging buahnya berwarna merah kecoklatan. Buah yang matang, daging buahnya coklat kehitaman. Karena buahnya yang matang berasa manis, bisa langsung dihidangkan sebagai minuman. Caranya dengan menyeduh beberapa buah asam yang telah masak dengan air panas dalam gelas. Ada pula yang mengolahnya menjadi manisan asam, selai dan bahan sirup.

Biji buahnya yang masak pun berwarna coklat kehitaman. Ukurannya sebesar batu kerikil. Ketika mainan congklak masih populer, biji buah asam yang masak bisa dimanfaatkan untuk bermain mainan tradisional ini. [JX/berbagai sumber/G. Windrarto]

Back to Daily Tips List

Daily Tips

Jangan Keliru Bedakan Pisang Lampung dan Pisang EmasMonday, Jul 16th 2018

Serupa tapi tak sama, adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan pisang Lampung dan pisang emas.

Read more