Gula Tebu Tetap yang Diminati
Thursday, Jun 11th 2015

JAKARTA, JIA XIANG – Setiap bicara tentang cita rasa minuman, maka tidak lain bahan bakunya adalah buah-buahan. Ada dalam rupa sirup ada pula minuman dalam kemasan dengan rasa jeruk, mangga, markisah, anggur, apel dan masih banyak ragamnya.

Lain halnya dengan tanaman tebu. (Saccharum officinarum). Tanaman yang satu anggota keluarga rumput-rumputan ini merupakan bahan baku gula. Bukan lantaran buahnya, tapi batangnya pada tanaman yang telah dewasa mengandung air yang rasanya manis.

Hingga kini, negara-negara produsen gula masih mengandalkan tebu sebagai bahan baku utamanya. Meskipun ada buah bit dan jagung yang bisa diolah sebagai bahan baku pemanis yang sehat, lantaran rendah kalori, namun tidak membuat orang berpaling pada gula dari tebu. Tidak hanya untuk minuman, banyak produk makanan lainnya menggunakan gula dari tebu, seperti kue yang juga beragam jenisnya.

Warga di desa yang di pekarangannya terdapat tanaman tebu – biasanya berbatang besar dan berwarna ungu tua saat dewasa – sangat digemari anak-anak berusia sekolah dasar. Mereka memamah batangnya yang sarat dengan air yang sangat manis setelah terlebih dahulu memotong-motong batang tebu sesuai dengan ruas-ruasnya dan mengupas kulit batangnya.

Bahkan ada yang membuat mesin pemeras tebu bagi mereka yang berniat usaha minuman segar dari tebu. Rasa air tebu perasan yang sangat manis ini semakin segar ketika dihidangkan bercampur es. Bagi mereka yang tidak sedang mengidap diabetes, air perasan tebu cukup baik bagi kesehatan tubuh karena dapat menambah glukosa.

Tanaman tebu sudah dikenal manusia sudah sangat lama. Di India, dan Tiongkok sudah membudidayakannya pada tahun 800 Sebelum Masehi (SM). Begitu pula di Persia, bangsa ini di sana pun telah membudidayakannya sejak tahun 642 M. Bangsa Mesir pun dalam kurun waktu yang sama telah menanami tebu secara besar-besaran.

Tidak semua negara dapat ditanami tebu. Yang terbaik adalah di negara beriklim tropis. Di negara-negara Amerika , tebu di tanam secara besar-besaran dengan mendatangkan tenaga kerja dari Afrika. Dari sinilah muncul perbudakan di Amerika. Di Indonesia, semasa pemerintah kolonial Belanda, juga mempekerjakan bangsa pribumi di kebun-kebun tebu yang menjadi komoditi bernilai tinggi di Eropa.

Perkebunan tebu di Indonesia terdapat di Pulau Sumatera dan Jawa. Maka di beberapa daerah di tanah Jawa masih merupakan sentra tebu. Di sentra-sentra itu terdapat pabrik gula peninggalan Belanda. Masyarakat di sekitar juga banyak yang memproduksi gula secara tradisional, yakni alat pemerasnya digerakan oleh hewan kerbau atau sapi.

Selain diperas untuk menghasilkan bahan baku gula pasir, ampas tebu juga masih bisa diolah sehingga diperoleh vetsin yang digunakan untuk penyedap masakan.

Tidak hanya batangnya, daun tebu pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Warga di pedesaan sekitar kebun tebu memanfaatkan daun tebu yang telah dikeringkan untuk bahan bakar pengganti kayu bakar atau minyak. Daun tebu yang telah kering disebut-sebut juga bernilai kalori tinggi sehingga dapat menjadi biomassa sangat baik untuk memasak. [JX/berbagai sumber/W5]

Back to Daily Tips List

Daily Tips

Jangan Keliru Bedakan Pisang Lampung dan Pisang EmasMonday, Jul 16th 2018

Serupa tapi tak sama, adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan pisang Lampung dan pisang emas.

Read more