Dibalik Pahitnya Pare
Thursday, Nov 13th 2014

JAKARTA, JIA XIANG – Apakah Anda termasuk orang yang suka mengkonsumsi buah? Pasti anda kenal dan suka dengan jenis buah ini, pare (momordica charantina). Tentu jawabannya, pasti tidak semua menyukai pare. Mengapa, ya.. mungkin dari bentuknya saja sudah tidak menarik, kulitnya saja berkerut-kerut dan bergelombang, rasanya…wah  pahit.  Bahkan setelah diolah atau dimasak, rasa pahit pun masih ada.

Pare adalah tanaman merambat, dan buahnya panjang dan runcing pada ujungnya serta permukaan bergerigi.  Tanaman ini tumbuh di daratan rendah dan mudah  tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan,  maupun dibudidayakan di halaman rumah khususnya di pagar.  Tanaman ini tumbuh merambat dengan sulur berbentuk  spiral, banyak cabangnya.

Pare, jenisnya banyak dan tumbuh subur di beberapa negara di Afrika Timur, Karibia,  Amerika Selatan, dan Asia, termasuk Indonesia.  Menurut Wikipedia, jenis pare atau  peria ada tiga yaitu peria gajih, peria hijau, dan peria ular. Peria hijau dan ular tidak dimakan, kecuali peria gajih karena rasanya pahit. Namun, peria gajih memiliki rasa yang masih lumayan, sehingga masih banyak disukai.

Pare gajih adalah jenis peria yang paling banyak dibudidayakan dan disukai.  Jenis ini biasa disebut juga pare putih atau pare mentega yang berasal dari India dan Afrika dengan bentuk buah panjang berukuran 30 cm - 50 cm, diameter 3 cm - 7 cm, berat rata-rata antara 200 gr - 500 gr per buah.

Sementara pare hijau, bentuknya lonjong, kecil dan berwarna hijau dengan bintil-bintil agak halus. Buah jenis ini panjang 15 cm - 20 cm, rasanya pahit dan daging buahnya tipis.  Pemeliharaan jenis ini mudah sekali. Tanpa lanjaran atau para-para tanaman ini dapat tumbuh dengan baik. Peria atau pare ular atau belut dapat dikenali dari bentuknya yang  bulat panjang, agak melengkung dan panjangnaya 60 cm. Permukaan kulit buahnya berwarna belang-belang, yaitu hijau keputih-putihan mirip kulit ular dan rasa dagingnya tidak begitu pahit.

Di dalam pare atau peria terdapat kandungan yang ternyata memiliki kemampuan untuk mencegah beberapa penyakit dan menyehatkan tubuh kita. Sebenarnya, dibalik rasa pahit itu, terdapat banyak manfaat kesehatan bila kita sering makan pare. Jenis buah ini pada dasarnya mengandung zat yang membantu mengubah glukosa menjadi energi. Bukan cuma itu,  pare juga kaya vitamin, mineral dan serat,  serta dapat memulihkan kita dari toksemia, kolera, diabetes mellitus, gangguan mata dan tidur, sembelit, juga  masalah pernapasan. Bagi kaum wanita, pare dapat membantu memurnikan darah,  sehingga membuat kulit tampak lebih bercahaya.

Biji, daun, dan tanaman pare memiliki kegunaan yang berbeda, tidak heran bila pare paling banyak digunakan untuk ramuan jamu tradisional, terutama mengobati diabetes. Kalau begitu apa kandungan di dalam pare yang bisa mengobati diabetes?

Pare terdiri dari campuran flavonoid dan alkaloid yang membuat insulin pankreas dapat mengendalikan kadar gula darah pada penderita diabetes.  Pare juga disebut banyak pihak kaya akan kandungan vitamin A, B dan C, zat besi, asam folat, fosfor dan kalsium. Karena kandungan vitamin itu, tidak heran bila pare  digunakan juga untuk mengobati batuk pada anak-anak, menyembuhkan penyakit kulit, dan kemandulan pada wanita, serta cuci perut.  Seperti buah dan sayuran pahit, pare merangsang pencernaan dan bisa manjur pada orang yang sedang  sembelit.

Sebuah penelitian di Chinese University of Hongkong berhasil mengisolasi dua jenis protein dari buah pare. Protein yang diberi nama Alpha dan Beta ini dipercaya mampu menghambat laju kerja virus HIV. Sementara hasil uji lab di Fakultas Kedokteran Universitas New York, Amerika Serikat, menemukan protein jenis ketiga yang diberi nama MAP 30, yang lagi-lagi konon bermanfaat untuk mencegah laju HIV.  [JX/berbagai sumber/E4]

Back to Daily Tips List

Daily Tips

Jangan Keliru Bedakan Pisang Lampung dan Pisang EmasMonday, Jul 16th 2018

Serupa tapi tak sama, adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan pisang Lampung dan pisang emas.

Read more