Cokelat, Komoditas yang Menjanjikan
Sunday, Mar 22nd 2015

JAKARTA, JIA XIANG - Siapa yang tak suka cokelat. Dari dahulu hingga kini, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa doyan dengan cokelat. Apapun wujud produknya, mulai dari kembang gula, minuman dan sebagai kue, bila ada unsur cokelat pasti akan terasa enak dan sedap.

Namun, cokelat yang selalu menjadi produk makanan kelas satu membutuhkan proses yang tidak sederhana sejak masih menjadi buah hingga menjadi bubuk. Buah cokelat tidak seindah atau senikmat produk pascapanennya.

Pohon cokelat, yang berasal dari Amerika Selatan, dikenal pula dengan nama kakao (Theobroma cacao). Kakao, tumbuhan tahunan (perennial), merupakan tanaman keras yang bisa setinggi 10 meter. Namun di lahan perkebunan, tempat tanaman ini dibudidayakan, tingginya dipangkas separuhnya. Pemangkasan ini bertujuan untuk memperbanyak cabang produktif. Artinya, di cabang-cabang ini muncul bunga yang akhirnya menjadi buah.

Buah cokelat, yang berbentuk bulat dan memanjang, memiliki ukuran yang bervariasi. Buah yang muda berwarna hijau. Ketika mulai matang, buah cokelat menjadi berwarna kuning. Saat mulai dipanen, yang dicari justru bijinya. Bukan daging buah. Biji dilindungi oleh aril (seperti selaput) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji dijemur hingga kering di bawah terik matahari.

Pohon cokelat mulai berbuah ketika berusia empat atau lima tahun. Semakin dewasa, semakin banyak bunganya. Namun tidak semua bunga menjadi buah. 6.000 bunga di pohon dewasa yang menjadi buah hanya sekitar 20 buah. Maka, agar hasilnya signifikan dibutuhkan lahan yang luas untuk membuat kebun cokelat.

Di dunia cokelat, sebagai komoditi, terdapat dua jenis cokelat, yakni bulk cacao atau kakao curah atau lindak, dan edel cacao atau kakao mulia. Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari kultivar-kultivar yang self-incompatible. Kualitas kakao curah biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya kandungan lemaknya.

Ada beberapa perkebunan coklat di Indonesia. Salah satunya di Jember,  Jawa Timur, yang merupalan perkebunan cokelat tertua di Jawa. Perkebunan ini dikelola PT Perkebunan Nusantara XII (Persero). [JX/berbagai sumber/G. Windrarto]

Back to Daily Tips List

Daily Tips

Jangan Keliru Bedakan Pisang Lampung dan Pisang EmasMonday, Jul 16th 2018

Serupa tapi tak sama, adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan pisang Lampung dan pisang emas.

Read more