Ciplukan, Gulma yang Jangan Diremehkan
Sunday, May 3rd 2015

JAKARTA, JIA XIANG - Jangan remehkan tanaman yang dianggap gulma atau pengganggu. Ada beberapa di antaranya bisa memberi manfaat bagi kesehatan. Di desa, yang warganya hidup dari hasil pertanian, masih banyak sawah dan kebun. Selain ditanami padi atau tanaman buah, di situ juga menjadi lahan subur berbagai jenis tanaman. Salah satunya ciplukan atau Physallia angulate juga tumbuh dengan sendirinya.

Bagi yang kebetulan sedang berliburan di desa, warga di sana pasti tidak asing lagi dengan ciplukan. Tanaman yang masuk keluarga terung-terungan (solanaceae) tumbuh hingga pada ketinggan hingga 1.800 meter di atas permukaann laut. Tanaman ciplukan, menurut hasil penelitian pakar biologi, memiliki dua jenis spesies agulata yang banyak tumbuh di dataran tiggi. Lahannya pada tanah yang tidak terlalu basah. Walaupun dapat ditemukan di manapun, tanaman ini sesungguhnya berasal dari kawasan tropis Amerika Latin.

Di kalangan petani, mereka menempatkan ciplukan sebagai gulma. Di berbagai pedesaan di Tanah Air, ciplukan sangat popular bagi masyarakat. Di Bali, tanaman ini disebut kopokan . Di Minahasa disebut letokan. Di Lombok disebut kenampol atau dedes, di Pulau Seram disebut laponanat, di Madura disebut nyor-nyoran. Di Jawa Barat disebut cecendet.

Di negara maju seperti di Amerika Serikat, ciplukan telah diteliti lebih lanjut karena masyarakat di negara berkembang telah memanfaatkannya sebagai tanaman herbal. Daun ciplukan bermanfaat sebagai obat penyembuhan patah tulang, busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri perut, dan kencing nanah. Sedangkan buah ciplukan sendiri sering dimakan langsung untuk mengobati epilepsi, sulit buang air kecil, dan penyakit kuning.

Hasil penelitian ahli farmasi di satu perguruan tinggi di Columbia, ciplukan bisa untuk meningkatkan imunitas dalam tubuh kita. Penelitian juga dilakukan di Tiongkok.

Di Jepang, ciplukan telah dibudidayakan sehingga tanaman ini memiliki nilai ekonomi. Buah ciplukan dikemas sedemikian rupa, dan dipasarkan dengan harga kurang lebih Rp 5.000.

Tidak sulit untuk mengenali ciplukan yang merupakan tanaman semusim. Batangnya yang bersegi tajam dan berongga tumbuh hingga setinggi satu meter. Daunnya berbentuk bulan telur dengan ujungnya yang meruncing. Ukuran daun bervariasi dengan panjang daun antara 5-15 cm dan lebar 2-10 cm.

Sementara bunganya, yang bertangkai tegak dan berwarna keunguan, terdapat di ketiak daun. Kelopaknya berbagi lima. Mahkotanya unik karena menyerupai lonceng, berlekuk lima berwarna kuning muda dengan noda kuning tua dan kecoklatan di leher bagian dalam.

Di dalam kelopak bunga, yang menggelembung berbentuk telur berujung meruncing berwarna hijau muda kekuningan itu, muncul buah ciplukan. Bentuknya bulat memanjang berukuran antara 1,5-2 cm dengan warna kekuningan jika masak. Rasa buah ciplukan manis. Maka bagi

Mereka yang suka mendaki gunung, tidak perlu khawatir bila kehausan. Sebab, tanaman dan buah ini mudah diperoleh di jalur pendakian. [JX/berbagai sumber/G. Windrarto]

Back to Daily Tips List

Daily Tips

Jangan Keliru Bedakan Pisang Lampung dan Pisang EmasMonday, Jul 16th 2018

Serupa tapi tak sama, adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan pisang Lampung dan pisang emas.

Read more