Tomeo, Sayuran Hidangan Hotel Berbintang
Tuesday, Jan 27th 2015

JAKARTA, JIA XIANG - Di kawasan Bogor, Jawa Barat, memang sangat cocok untuk bercocok tanam. Letaknya di kaki Gunung Salak, membuat lahan di sini subur. Selain itu, cuacanya pun sangat mendukung, karena kebanyakan tanaman sayur membutuhkan udara yang sejuk.

Salah satu sayur yang pernah dicoba untuk ditanam di sini adalah Tomeo. Sayuran asal Taiwan ini sesungguhnya dapat tumbuh baik di sini, walau membutuhkan modal cukup besar untuk mempersiapkan lahannya.

Lahan untuk menanam tomeo (Pisum sativum) bukan seperti lahan sayur pada umumnya. Media tanamnya tanah yang sudah diberi pupuk yang ditempatkan pada kotak berukuran satu kali dua meter dengan tinggi 10 centimeter. Semua kotak untuk media tanam ini tidak digeletakan di tanah, tapi ditempatkan di meja panjang yang dibuat dari bambu. Agar tidak mudah terserang hama, maka diperlukan green house untuk menempatkan meja panjang untuk meletakan kotak-kotak lahan bertanam tomeo.

Hal lain yang juga tidak murah adalah pengadaan bibitnya. Di dalam negeri belum ada bibit tomeo. Bagi yang hendak bertanam sayuran ini, bibitnya harus diimpor dari negeri asalnya: Taiwan. Bentuk bibitnya memang seperti kacang kedelai, Namun ukurannya agak besar seperti kacang kapri, sebab tomeo merupakan salah satu varitas kapri.

Yang menggiurkan bertaman tomeo adalah waktu panennya yang sangat singkat. Dalam jangka waktu 30 hingga 45 hari, sejak bibit ditanam sudah bisa dipanen. Harga sayur ini di pasaran pun tidak murah. Hal ini karena memang untuk berbudi dayanya saja telah membutuhkan modal lumayan besar.

Selain di Bogor, Jawa Barat, para petani di kawasan wisata Bromo dan Semeru, Jawa Timur, pun sudah bertanam tomeo. Sayuran yang disebut-sebut berkhasiat menurunkan kolesterol ini tidak asing lagi di kalangan petani di kawasan Ranupane dan di desa Ngadisari. Para petani di sini menanam tomeo untuk dijual kembali ke Taiwan, alias diekspor.

Di Ranupane, terdapat lahan seluas 100 hektar untuk ditanami tomeo. Mereka tidak menanaminya secara sekaligus, tapi diatur waktu penanamannya sehingga dapat panen terus menerus, tiap minggunya. Dengan lahan seluas itu, petani di sana tiap minggunya dapat panen tomeo sebanyak empat hingga enam ton.

Selain Taiwan, tomeo dari Ranupane juga diekspor ke Singapura. Harga sayuran ini per kilogramnya sebesar Rp 15.000, pada tahun 2009. Tak heran, tomeo menjadi andalan petani di Ranupane manakala harga sayuran lokal harganya jatuh.

Harga tomeo memang tidak murah lantaran untuk menanamnya memang membutuhkan modal besar. Bahkan restoran yang menawarkan hidangan sayur tomeo harganya per porsi pun cukup lumayan. Misalnya tomeo cah bawang, ditawarkan hampir Rp 60.000 per porsinya. Dan tidak semua rumah makan dengan resep Tionghoa menyediakan hidangan berbahan baku tomeo. Hanya restoran di hotel berbintang yang menyajikannya. [JX/berbagai sumber/G. Windrarto]

Back to Daily Tips List

Daily Tips

Jangan Keliru Bedakan Pisang Lampung dan Pisang EmasMonday, Jul 16th 2018

Serupa tapi tak sama, adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan pisang Lampung dan pisang emas.

Read more