Kale, Sayuran yang Tengah Naik Daun
Tuesday, Jan 13th 2015

JAKARTA, JIA XIANG - Sayuran kale, kini, sangat populer di kalangan masyarakat tertentu di kota besar seperti Jakarta. Wujudnya yang seperti kubis, telah menjadi alternatif baru hidangan sayur bagi keluarga.

Tanaman ini memang belum secara luas dibudidaya di Tanah Air karena hanya dapat tumbuh di dataran tiggi, seperti di Bogor atau Bandung, Jawa Barat. Ketersediaannya pun sangat terbatas, karena hanya di toko-toko tertentu yang memasarkannya. Ini berarti, sayuran ini didatangkan ke sini melalui mekanisme impor. Sayuran ini kebanyakan diimpor dari Eropa.

Di Eropa, kale atau borecole (Brassica oleracea) merupakan sayuran dengan daun hijau atau ungu. Spesies Brassica oleracea terdiri dari beraneka sayuran, yakni brokoli, kembang kol, dan kubis Brussel. Sayuran yang masih termasuk dalam jenis kubis ini tidak memilki daun yang berkumpul di ujungnya seperti kubis atau brokoli. Boleh dikatakan bahwa dari bentuknya, kale sebenarnya lebih pantas disebut sebagai kubis liar, dibanding disebut sebagai bentuk-bentuk sayuran yang umum dibudidayakan.

Kale bisa dinikmati sebagai campuran smoothies, atau salad. Sebagai sayuran yang mulai digandrungi, sudah barang tentu pengonsumsinya juga hendak merasakan khasiat yang dikandungnya. Kale mengandung vitamin A, C, D, E, B1, B2, B3, B6,B9, K, kolin, besi, magnesium, mangan, fosfor, dan garam seperti K, Na dan Zn. Dilihat dari kandungan vitamin jelas bahwa kale lengkap dengan makronutrien dan mikronutrien yang dibutuhkan dalam metabolisme tubuh.

Bagi yang tengah diet, sayuran ini bisa menjadi pilihan untuk dikonsumsi. Sebab, bila dilihat dari jumlah energinya, kale mempunyai kalori yang kecil yakni sekitar 28 kcal, gula 5.63 g, lemak 0.4 g, protein 1.9 g dan kandungan air 91.2 g. Nilai kalori dan gula yang kecil ini mebuat sayuran kale digemari sebagai santapan untuk melangsingkan tubuh.

Kale atau borecole (Brassica oleracea acephala) adalah jenis sayuran dengan daun berwarna hijau atau ungu kebiruan (tergantung kultivar), dimana daun sejatinya tidak membentuk kepala seperti layaknya kubis, brokoli, bunga atau kembang kol, collard, brussels sprout, kohlrabi, atau sayuran-sayuran keluarga kubis (grup Brassica oleracea) pada umumnya.

Nama lain borecole ini berasal dari Bahasa Belanda yaitu boerenkool, yang berarti kubis milik petani. Beberapa varietas kale bisa tumbuh mencapai enam atau tujuh kaki, sementara varietas-varietas lainnya tanamannya pendek dan tumbuh simetris, seperti kale keriting hijau jenis dwarf, dan tentunya sangat berkualitas untuk dikonsumsi.

Di negeri kincir angin ini, pada saat musim dingin ada tradisi yang menyajikan campuran kale dan kentang tumbuk, kadang-kadang dengan potongan-potongan goreng daging yang ditambahkan ke dalamnya, dan biasanya disajikan dengan sosis asap (rookworst). Begitu pula di Irlandia, kale dicampur dengan kentang tumbuk untuk membuat hidangan tradisional colcannon.

Di Italia, kale merupakan bagian dari banyak hidangan, seperti casseula (rebusan daging babi), dan bubur jagung (polenta) dengan kangkung.

Di sejumlah negara di kawasan Amerika Latin, kale sering disajikan dengan cara direbus. Ada yang hanya semata merebus kale, tapi ada pula yang merebusnya dengan sayuran lain seperti collard, mustard, atau lobak. Bahkan ada yang membuat kripik kale sebagai pengganti keripik kentang.

Di Jepang, masyarakat di sana lebih suka dijus, yang populer dengan sebutan aojiru. Warga di sana mengonsumsi aojiru sebagai suplemen diet. [JX/dari berbagai sumber/G. Windrarto]

Back to Daily Tips List

Daily Tips

Jangan Keliru Bedakan Pisang Lampung dan Pisang EmasMonday, Jul 16th 2018

Serupa tapi tak sama, adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan pisang Lampung dan pisang emas.

Read more