Buah Lontar Masih Disukai di Abad Modern
Monday, Apr 13th 2015

JAKARTA, JIA XIANG - Pada masa kerajaan hindu di Tanah Air, naskah sastra para pujangga saat itu tidak ditulis pada helaian kertas. Tapi, memanfaatkan daun lontar, Yang menakjubkan, naskah pada daun lontar masih bisa disaksikan hingga kini. Selain menjadi dokumen bersejarah, juga memperlihatkan peradaban bangsa Indonesia yang sudah maju, pada zamannya.

Kini, daun lontar tidak lagi menjadi media cetak setelah ditemukan kertas. Namun, daun lontar masih dimanfaatkan untuk dijadikan produk kreatif. Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT) sasando, terbuat dari daun lontar. Ada pula pengrajin yang memanfaatkan daun lontar untuk dibuat tikar, topi dan keranjang.

Pohon lontar (borassus flabellifer) tanaman yang banyak terdapat di Tanah Air. Warga di Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian timur, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi sudah tidak asing lagi dengan tanaman ini. Bahkan Sulawesi Selatan menjadikan lontar sebagai flora identitas provinsi ini.

Seperti halnya pohon kelapa, pohon lontar yang merupakan pohon palma tanaman kokoh. Berbatang dengan diameter 50 centimeter lebih tingginya lebih dari empat meter. Daun pohon ini lebar yang pada pangkalnya menyatu tapi terpisah di bagian ujungnya. Bentuknya bulat besar dengan diameter 150 centimeter menyerupai kipas. Sementara tangkai daunnya sepanjang hampir satu meter.

Buahnya bergerombol dalam tandan. Ketika mulai berbuah, jumlah buah dalam tiap tandan bisa sebanyak 20 butir. Hanya saja buahnya tidak sebesar kelapa. Buah lontar atau yang kondang disebut siwalan berbentuk bulat dengan diameter 20 centimeter. Warnanya hitam kecoklatan. Dalam tiap buah terdapat beberapa butir daging buah yang terlindungi tempurung tebal.

Masing-masing daerah pun memiliki sebutan berbeda terhadap buah lontar. Warga di Jawa dan Bali menyebut siwalan, di Minang disebut lonta, di Madura disebut taal (Madura), di Sulawesi Selatan disebut tala, di Toraja disebut lontara, di Ambon disebut lontoir, dan warga di Timor menyebutnya tua.

Warga pedesaan sangat mahir mengolah produk pohon lontar. Mereka kerap menyadap pohon ini untuk diambil nira, minuman yang menyegarkan. Warga di Jawa Tengah dan Jawa Timur menyebutnya dengan istilah legen. Bila diolah lebih lanjut, nira bisa dijadikan gula merah.

Hingga kini, masih banyak yang memasarkan buah siwalan. Ada yang masih utuh bulat, ada pula yang sudah mengupasnya sehingga pembeli bisa langsung menikmati daging buahnya. Daging buah siwalan, yang berisi air, mirip daging kelapa muda.

Biasanya pedagang buah siwalan juga menjajakan air nira. Ada yang masih ditempatkan dalam tabung bambu, tapi ada pula yang sudah menuangkannya ke botol-botol. Selain menyegarkan, mengonsumsi daging buah lontar atau meminum nira bisa menyehatkan tubuh. [JX/berbagai sumber/G. Windrarto]

Back to Daily Tips List

Daily Tips

Jangan Keliru Bedakan Pisang Lampung dan Pisang EmasMonday, Jul 16th 2018

Serupa tapi tak sama, adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan pisang Lampung dan pisang emas.

Read more