Aneka Buah Sarat Makna di Perayaan Imlek
Tuesday, Feb 10th 2015
JAKARTA, JIA XIANG - Hari Raya Tahun Baru Imlek, bagi etnis Tionghoa bukan sekadar perayaan tahunan biasa dan budaya tradisional saja, tetapi juga sebuah kebiasaan lama yang sekaligus menyatu dengan kepercayaan.
Bagi mereka yang hidupnya serba berkecukupan, biasanya pada Imlek mereka selalu menyediakan 12 macam masakan dan 12 macam kue, yang sebenarnya melambangkan 12 shio.
Adapula ketika merayakan Imlek ini, mereka membuat Samseng (tiga macam daging) yaitu dari tiga jenis hewan seperti ikan bandeng, ayam betina, dan daging babi.
Tetapi tidak lupa juga mereka menyediakan aneka buah. Seperti biasa buah yang wajib ada pada perayaan Imlek ini adalah pisang raja atau pisang mas yang melambangkan kemakmuran. Mereka juga menyediakan jeruk kuning dan biasanya jeruk itu disertai daun yang masih menempel di batang jeruk. Jeruk yang ada daunnya itu menurut mereka melambangkan kemakmuran yang selalu tumbuh terus-menerus.
Sementara itu, mereka juga menyediakan buah atau batang tebu, agar kehidupan yang dijalankan di tahun yang baru itu semuanya serba manis yang berkepanjangan. Tetapi di lain pihak, ada kepercayaan di kalangan etnis Tionghoa ini untuk menghindari buah yang berduri, umpamanya salak atau durian, kecuali nanas, sebab namanya Wang Li yang bila diucaplan mirip dengan kata Wang, artinya berjaya, selain nanas dilambangkan sebagai mahkota raja.
Karena itu, jangan heran pula bila di perayaan Imlek banyak etnis Tionghoa yang membagikan aneka buah ini, terutama jeruk ke kerabat dan tetangga mereka. Tetapi mengapa jeruk penting bagi mereka, terutama di perayaan Imlek? Memang buah yang satu ini memiliki sejarah unik pula di dalam tradisi etnis Tionghoa.
Jeruk dalam bahasa Mandarin disebut chi zhe. Chi artinya rezeki, dan zhe berarti buah. Jadi jeruk bagi mereka adalah buah yang membawa rezeki. Memang secara harafiah jeruk berarti buah pembawa rezeki, warna oranye yang melekat pada kulit jeruk itu dinilai sangat cantik dan melambangkan emas yang disetarakan dengan arti uang.
Nah lain lagi dengan sebutan jeruk Mandarin. Dulu, jeruk ini hanya disediakan untuk para pejabat di pengadilan di era Tiongkok kuno.
Selain itu, bagi etnis Tionghoa, jeruk ini juga mempunyai makna lain lagi. Bunyinya seperti ini: Buah jeruk berasal dari pohon jeruk, dan pohon jeruk berasal dari bibit jeruk. Bibit jeruk berasal dari biji jeruk. Sebuah biji bisa menghasilkan banyak buah buah jeruk…satu buah jeruk menghasilkan banyak biji jeruk.
Apabila Anda termasuk orang yang telaten dan rajin mengumpulkan biji jeruk, kemudian ditanam lagi, maka Anda akan melihat hasilnya seperti apa nanti. Yang pasti pada saat musim panen pohon jeruk itu akan menghasilkan buah yang berlimpah. Pemahaman berikut adalah bila satu buah jeruk menghasilkan banyak bibit jeruk, maka satu keranjang jeruk yang memiliki biji jeruk ratusan bahkan mungkin ribuan, maka bila biji itu ditanam akan menjadi sebuah kebun jeruk.
Dengan kata lain, rezeki yang diraih dari hasil usaha dan kerja keras sendiri, akan mendapatkan sesuatu yang wajib disyukuri, untuk kembali berbuat kebajikan. Terus menanam di ladang atau lahan yang subur bila tiba saatnya, semua rezeki dan kebahagiaan takkan pernah habis di panen.
Makna yang lebih luas bila memperoleh rezeki, jangan lupa dibagikan pula kepada mereka memerlukan bantuan, supaya rezeki itu juga mengalir ke lahan lain, dan terus mengalir dan tumbuh lagi menjadi ladang-ladang kebajikan di berbagai tempat.
Hal ini selain bermakna tidak akan kekurangan, tetapi juga menebar kebajikan dan kebaikan kepada orang lain, dengan maksud supaya orang lain juga bias bertumbuh dan besar di dalam kebaikan. [JX/berbagai sumber/E4]
Back to Daily Tips ListSerupa tapi tak sama, adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan pisang Lampung dan pisang emas.
Read more